Sejarah Perkembangan Fotografi di Indonesia
Teknologi Fotografi
Sejarah Perkembangan Fotografi di Indonesia
Pada artikel sebelumnya sudah dijelaskan tentang Sejarah Perkembangan Fotografi secara global. Nah, bagaimana pula Sejarah Perkembangan Fotografi di Indonesia? Yuk simak uraian berikut.Fotografer dari Yogyakarta
Kassian Cephas. Seroang fotografer asli pribumi Jawa yang berasal dari Kesultanan Ngayogyakarta Ningrat. Beliau ini merupakan seorang fotografer profesional pertama dari Indonesia dan bekerja di bawah bimbingan Hamengkubuwono VI. Beliau mulai menjadi fotografer dalam lingkungan keluarga kesultanan yang di dokumentasikan oleh Persatuan Arkeologi Hindia Belanda (Archaelogische Vereniging). Cephas juga turut berkontribusi dalam melestarikan budaya jawa melalui keanggotaannya di KITLV dan mendapat penghargaan mendali emas kehormatan dari Orde Van Oranhe-Nassau.
Ansel Easton Adams, Beliau adalah seorang fotografer yang berkebangsaan Amerika Serikat dan juga seorang aktivis lingkungan yang terkenal dengan foto-foto hitam putihnya tentang Amerika Serikat Barat, yang mengkhususkan Taman Nasional Yosemite. Diantara hasil karya fotonya yang terkenal adalah Monnrise, Hermandez, New Mexico.
Ansel Easton Adams bersama Fred Archer bekerjasama dalam mengembangkan sistem zona sebagai cara untuk menentukan pajanan yang paling tepat dalam menyesuaikan kekontrasan hasil sebuah cetakan. Dalam hal ini Adams menggunakan kamera dengan format besar. Walaupun ukurannya besar, berat, perlu waktu untuk pemasangan, sehingga harga filmnya menjadi mahal. Kamera besar yang digunakan Adams ini menghasilkan kualitas fito dengan resolusi tinggi dan tajam.
Adams juga mendirikan sebuah group fotografer bersama teman-temannya Edward Weston dan Imogen Cunningham dengan nama Group t/64. Group ini memiliki koleksi foto terlengkap pada zamannya, dan sekarang menjadi milik Center for Creative Photography serta Museum Seni Modern yang ada San Fransisco. Karya foto-foto yang dibuat Adams ini telah menjadi abadi dan banyak direproduksi sebagai kalender, poster, dan buku.
Masuknya Fotografi Ke Indonesia
Perkembangan fotografi Indonesia memang tidak mencakup bidang teknologi yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan yang signifikan dalam bidang fotografi dunia. Di Indonesia fotografi lebih pada bagaimana penerapannya. Boleh dikatakan fotografi di Indonesia pada saat itu lebih bersifat konsumtif.Sejarah fotografi di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1857, dengan dibukanya Studio Foto di Harmonie, Batavia oleh 2 orang juru foto Woodbury dan Page. Daguerre mengumumkan hasil penelitiannya dan 18 tahun sesudahnya fotografi mulai masuk ke Indonesia dan kemudian disebut-sebut sebagai awal mula perkembangan fotografi yang bersifat komersil.
Studio fotopun tumbuh berkembang sehingga menjadi ramai di Batavia. Dan kemudian banyak bermunculan fotografer professional maupun yang masih amatir mendokumentasikan tentang hiruk pikuk dan keragaman etnis yang ada di Batavia.
Masuknya fotografi di Indonesia pada awal tahun dari lahirnya teknologi fotografi itu sendiri, oleh karenanya kamera yang ada saat itu masih besar serta berat, teknologi yang dipakai masih sangat sederhana. Teknologi kamera pada saat itu hanya mampu merekam gambar yang statis. Oleh karena itu umumnya foto kota hasil karya Woodbury dan Page masih kelihatan sepi dikarenakan belum memungkinkan untuk merekam gambar yang bergerak.
Dengan masuknya Jepang ke Indonesia pada tahun 1942, telah menciptakan kesempatan untuk mentransfer teknologi ini ke Indonesia. Karena kebutuhan propagandanya, maka Jepang mulai melatih orang Indonesia menjadi fotografer untuk bekerja pada kantor berita Jepang, Domei. Mereka inilah, Mendur dan Umbas bersaudara, yang membentuk image baru Indonesia, mengubah pose simpuh di kaki Penjajahan Belanda atau dengan istilah "orang kulit putih", menjadi manusia yang merdeka serta sederajat dengan negara-negara di dunia.
Foto-foto mereka adalah visual-visual yang menunjukan khas peristiwa-peristiwa revolusi, yang penuh dengan kemeriahan serta optimisme, beserta kesetaraan antara pemimpin dan rakyat biasa. Inilah momentum ketika perkembangan fotografi benar-benar sudah “sampai” ke Indonesia, ketika itu kamera berpindah tangan dan orang Indonesia mulai menunjukkan dirinya sendiri.
Banyak karya-karya dari para fotografer maupun masyarakat awam yang diciptakan pada masa awal perkembangan fotografi di Indonesia. Hasil karya mereka ini tersimpan di Museum Sejarah Jakarta. Seperti namanya, sehingga museum ini hanya menampilkan foto-foto kota Jakarta pada jaman penjajahan Hindia Belanda saja. Hal ini juga dikarenakan teknologi kamera dan fotografi ini barus sebatas kota Batavia dan belum sampai ke daerah-daerah.
Foto-foto mereka adalah visual-visual yang menunjukan khas peristiwa-peristiwa revolusi, yang penuh dengan kemeriahan serta optimisme, beserta kesetaraan antara pemimpin dan rakyat biasa. Inilah momentum ketika perkembangan fotografi benar-benar sudah “sampai” ke Indonesia, ketika itu kamera berpindah tangan dan orang Indonesia mulai menunjukkan dirinya sendiri.
Banyak karya-karya dari para fotografer maupun masyarakat awam yang diciptakan pada masa awal perkembangan fotografi di Indonesia. Hasil karya mereka ini tersimpan di Museum Sejarah Jakarta. Seperti namanya, sehingga museum ini hanya menampilkan foto-foto kota Jakarta pada jaman penjajahan Hindia Belanda saja. Hal ini juga dikarenakan teknologi kamera dan fotografi ini barus sebatas kota Batavia dan belum sampai ke daerah-daerah.